Manajemen memang bukan ilmu pasti dan strategi bisnis lebih merupakan sebuah seni untuk memenangkan persaingan. Kalau kita mau memulai sebuah bisnis, seringkali kita bertanya, seberapa besar pasar yang ada.
Misalnya saja, mau buka katering untuk melayani perkantoran, maka kita akan menghitung seberapa banyak pasar yang ada. Misalnya, di dalam satu gedung perkantoran ada 200 perusahaan, dan setiap perusahaan ada 20 orang pekerja, maka akan ada 4000 orang yang butuh makan tiap harinya. Maka kita mengatakan bahwa pasar yang ada sangat besar dibanding dengan kemampuan kita melayani, yang bisa saja mungkin hanya 1000 orang per hari.
Demikian juga ketika kita memilih lokasi usaha, kita melihat prospek bisnisnya dari besarnya pasar yang ada. Katakanlah mau buka warung, dekat sekolah, maka kita lihat banyak sekali pelajar di sana, maka kita anggap ini pasarnya bagus
Namun walau angka tak pernah bohong, kita harus hati-hati, sebab menilai atau mengukur pasar kalau kita hanya melihat dari sisi ukuran besarnya saja itu bisa keliru. Satu hal yang seeing digunakan sebagai ukuran memang adalah besarnya pasar karena ini paling mudah menghitung matematikanya, tapi ini bisa salah dan membuat kita mengambil keputusan yang tidak tepat. Lalu bagaimana?
Pasar Besar VS Pasar Bagus
Prof. Dr. Arsono Laksmana, pernah mengemukakan, yang harus diperhatikan adalah kita harus mencari pasar yang bagus, bukan sekedar pasar yang besar. BIG MARKET tidak sama dengan GOOD MARKET. Ini sangat penting karena kita sering terbuai dengan ukuran yang kita anggap besar namun sebenarnya tidak bagus. Contoh sederhananya, kota Jakarta adalah big market (pasar yang besar), tapi belum tentu good market (pasar yang bagus) karena banyaknya persaingan. Mengukur bagusnya pasar ini yang tidak mudah
Intinya, ini bukan berarti Anda tidak boleh memilih pasar yang besar, tapi percuma pasar itu besar tapi tidak bagus. Big is not always good. Bigger isn’t always better. Kita perlu memilih pasar yang bagus secara cerdas melalui inovasi, karena di sana untuk jangka panjangnya akan lebih menjanjikan. Oleh karenanya, jangan terbuai karena melihat pasarnya besar, tapi pilihlah pasar yang bagus untuk usaha Anda.
Jadi, jangan tertarik bisnis yang ikut-ikutan orang lain saja. Bisa saja di daerah Anda ada yang buka usaha di bidang tertentu dan laris manis. Belum tentu kalau Anda juga buka, Anda akan memperoleh hasil yang sama.
Ibarat kata pepatah, ada gula ada semut. Kalau ada bisnis yang laris, maka tak lama akan banyak yang menirunya. Akibatnya, setiap semut akan kebagian sedikit gula saja. Bahkan sangat mungkin tak dapat sama sekali. Oleh karenanya, pertimbangkan usaha di mana potensi pasarnya masih besar.
Sebenarnya mengukur potensi pasar itu sama dengan mengukur permintaan pasar. Cara untuk mengetahuinya adalah dengan memiliki database (informasi) tentang para pelanggan atau masyarakat sekitar untuk menilai potensi mereka dalam membeli produk yang kita tawarkan. Jadi, mengukur potensi pasar ini tidak boleh kira-kira atau menurut pertimbangan kita, melainkan harus disurvei ke lapangan.
Sebagai contoh, Anda ingin berjualan sirop, lalu bertanya ke beberapa orang, “Apakah Anda mau membeli sirop ini jika harganya sekian?” Anda harus melakukan survei ini dalam jumlah yang cukup banyak untuk mendapatkan data yang mewakili.
Kalau Anda hanya bertanya kepada segelintir teman-teman Anda saja, maka ketika sirop itu dipasarkan, ternyata yang beli sangat sedikit. Ini bisa karena informasi yang kita dapatkan itu kurang mewakili pasar yang sesungguhnya, atau kita mendapatkan data yang keliru karena yang ditanya adalah teman-teman sendiri. Waspadai akan hal ini, sebab jangan sampai kita salah mengambil keputusan gara-gara tidak tepat dalam melakukan survei.
Sebenarnya, menghitung potensi pasar ini juga harus bisa diperoleh data berupa angka. Selama kita melakukan dengan benar, angka tidak pernah bohong. Namun jangan membuat kesimpulan yang subyektif. Demikian juga, ada bahaya jika kita terlalu optimis. Intinya, Anda harus menemukan pasar yang bagus untuk usaha Anda.
Pasar Besar VS Pasar Bagus