Bicara masalah Bea dan Cukai, selama ini di tengah-tengah masyarakat terdapat beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut instansi ini.
Generasi yang mengalami masa perjuangan melawan penjajah akan menyebut dengan Douane, sebagian yang lain menyebut Boom. Keduanya berasal dari bahasa Belanda.
Ada pula yang berbau lokal, Pabean, Cukai, atau Bea Cukai meskipun keduanya berasal dari bahasa asing juga. Yang lebih ‘modern’ akan menyebut nama Customs karena berasal dari bahasa Inggris sebagai Internasional.
Dalam kesempatan ini marilah sejenak kita kupas dari mana asal muasal kata-kata tersebut dan kata-kata lainnya?
Douane, demikian jaman dulu orang tua kita menamakan instansi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai meskipun pemerintah Hindia Belanda menamakannya Dienst der In-en Uitvoerrechten en Accijnzen (Jawatan atau Dinas Bea Impor dan Ekspor serta Cukai). Douane sendiri meskipun terbawa oleh bangsa Belanda tetapi sebenarnya berasal dari bahasa Perancis yang diasimilasi dari bahasa Persia, divan.
Douane berarti register, mengacu kepada para pegawai yang memegang register dewan tertinggi sultan atau raja, dan kantor tol. Tol sendiri diartikan sebagai upeti terhadap barang-barang tertentu yang dibawa keluar masuk tapal batas negara. Itulah mengapa petugas pabean juga dikenal sebagai “tollenaar” atau penjaga batas negara dimana dipungut tol.
Di samping istilah di atas, Boom sering pula terdengar sebagai pengganti istilah instansi Bea Cukai. Kantor Bea Cukai disebut dengan kantor boom dan petugasnya disebut pegawai boom.
Masih berkaitan dengan definisi tol di atas, pada zaman VOC petugas pelabuhan (pabean) menggunakan sebatang pohon atau boom (bahasa belanda) yang dalam perkembangannya menggunakan balok atau tiang kayu yang diapungkan di muara sungai atau pelabuhan agar kapal niaga tidak keluar masuk wilayah pelabuhan tanpa sepengetahuan petugas
Douane ini selanjutnya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Pabean. Konon kabarnya seorang pelaut Portugis sempat melapor kepada komandannya bahwa di pelabuhan Sunda Kelapa ia bertemu dengan seseorang yang berkedudukan penting di pelabuhan bernama Fabean. Bisa jadi yang ditemui tersebut adalah petugas kepabeanan yang disangka nama orang.
Kemudian kata Bea Cukai yang dipakai sekarang, diyakini merupakan kata serapan bahasa sansekerta dan India, Bea berasal dari bahasa Sansekerta asal katanya adalah vyaya yang berarti ongkos, sementara Cukai dari bahasa India.
Istilah customs merujuk pada kegiatan pemungutan biaya atas barang-barang dagang yang masuk dan keluar daratan Inggris pada zaman dahulu. Karena pungutan itu telah menjadi semacam “kebiasaan” (custom) maka kata customs muncul sebagai istilah untuk menyebut institusi yang bertugas memungut biaya tersebut.
Istilah paling populer untuk Bea Cukai di dunia adalah Customs (bahasa Inggris) dan Douane (bahasa Perancis). Kedua istilah ini kemudian mempengaruhi istilah-istilah untuk Bea Cukai di banyak negara.
Keberadaan instansi Bea Cukai telah lama ada bahkan sejak jaman para nabi dahulu. Petugas pemungut bea dan cukai bernama Lewi (penganut Yudaisme yang berganti nama menjadi Matius setelah menjadi murid Al Masih) tersebut dalam kitab suci agama Nasrani (Lukas 5:27-32).
Dalam beberapa hadist shahih umat Muslim yang diriwayatkan oleh perawi-perawi seperti Imam Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dan Baihaqi ada yang menyebut profesi ini. Bahkan jauh sebelum masa Al Masih, dikisahkan di tengah-tengah bangsa Yahudi telah ada profesi penarik pajak. Namun sayang dalam pandangan tiga agama tersebut keberadaan petugas bea dan cukai – terlepas dari tugas dan fungsinya pada saat ini – sebagai profesi yang tidak baik.
(Dirangkum dari beberapa sumber)